Senin, 20 Juni 2011

Serial Perjalanan Bintang #11 : Pietro Rava

Juventus.com kembali mempersembahkan 50 legenda Bianconeri, yang namanya akan berada di Stadion baru Juventus, dan telah dipilih oleh para fans.

Tanggal 19 Juni akan menjadi tanggal yang tidak dapat dilupakan salam sejarah sepakbola Italia. Walaupun telah berlalu 73 tahun yang lalu, kenangan tersebut masih segar dalam ingatan. Pada tahun 1938, tim nasional Italia asuha Vittorio Pozzo merayakan kemenangan Piala Dunia untuk yang kedua kalinya di Paris, empat tahun setelah kesuksesan yang sama di Roma. Kemenangan 4-2 atas Hungaria menjadi sangat menentukan. Dan salah satu legenda Juventus menjadi bagian dari tim tersebut : Pietro Rava.

‘Kehidupan dalam hitam dan putih ’ adalah sebuah kutipan yang paling tepat untuk menggambarkan karir dari bek sayap ini, menjalani 13 dari 16 tahun karirnya bersama Juventus. Ia memulai karinya bersama Bianconeri, menjalani debutnya pada 1935/36, atau setelah kesuksesan periode Quinquennio.

Ikatannya yang kuat dan panjang bersama Juventus berlangsung hingga 1950, setelah menjalani musim yang singkat di Alessandria (1946/47), sebuah tim dari provinsi kelahirannya. Sebelum mengucapkan salam perpisahan dan mengakhiri karirnya di Novara, Ia meraih kepuasan terbesar dalam karirnya dengan mengangkat satu-satunya gelar scudetto yang Ia raih (1949/50) di musim pertama setelah era Grande Torino. Piala Italia yang diraih pada 1938 dan 1942 menjadi dua gelar pertamanya bersama Bianconeri, dalam 330 penampilan dan 15 gol yang Ia cetak.

Rava dan Alfredo Foni - bek sayap Juve lainnya - menjadi duet bek yang tidak dapat dikalahkan, dan juga bermain impresif di ajang Piala DUnia. Keduanya bermain dalam Piala Dunia 1938 dan Olimpiade Berlin 1936.

Pietro Rava meninggal dunia lima tahun yang lalu, pada 5 November 2006, dalam usia 90 tahun. Ia adalah pemain terakhir yang meninggal dunia dari tim nasional Italia yang mengangkat Piala Dunia di Paris.

Serial Perjalanan Bintang #10 : Fabio Capello

Juventus.com kembali mempersembahkan 50 legenda Bianconeri yang namanya akan berada di Stadion baru Juventus, dan telah dipilih oleh para fans.

Legenda pada hari ini adalah Fabio Capello. Pelatih tim nasional Inggris, yang juga mantan pemain serta pelatih Juventus ini, juga berulang tahun yang ke-65 pada hari ini (18 Juni 2011).

Capello menghabiskan sebagian besar hidupnya dalam dunia sepakbola, yang sebagian besar juga menghasilkan kesuksesan. Pertama sebagai pemain dan kemudian sebagai pelatih.

Gelandang yang tidak mengenal kompromi ini menikmati kesuksesan luar biasa bersama Juventus. Ia menghabiskan enam musim di Turin (1970-1976), memainkan 239 laga dan mencetak 41 gol. Ia memenangi tiga gelar sepanjang karirnya bersama Juventus (1971/72, 1972/73 dan 1974/75).

Capello juga memberikan kontribusi penting bersama tim nasional. Gol yang dicetaknya di Wembley pada 14 November 1973 menjadikan Italia untuk pertama kalinya dalam sejarah berhasil menang di Inggris.

Hubungannya dengan Juventus - sebagai pemain -berakhir pada 1976, namun kembali berlanjut pada tahun 2004. Usai menahkodai Milan dan Roma dalam memenangkan Scudetto (kedua tim dimana Ia juga sempat bermain), Capello kembali bergabung dengan Bianconeri sebagai pelatih. Kesuksesannya kembali berlanjut, dengan memimpin Juventus meraih scudetto pada 2004/05 dan 2005/06.

Dalam kesempatan ini, segenap keluarga besar Juventus mengucapkan selamat ulang tahun dan semoga sukses, kepada salah satu legenda Bianconeri, Fabio Capello.

Seri Perjalanan Bintang #9 : Roberto Baggio

Juventus.com akan kembali mempersembahkan kisah 50 legenda Bianconero yang namanya akan berada di Stadion baru, dan dipilih oleh para fans.

Hari ini, kami akan menggandakan kisah sebelumnya. Dari nomor ‘5’ Sergio Brio ke nomor ‘10’ Roberto Baggio. The ‘Divin Codino’ adalah salah satu talenta luar biasa yang pernah mengenakan seragam Juventus.

Magis dan gol-gol yang dicetaknya (115 dalam 200 laga) menjadikannya sebagai simbol dalam lima musim karirnya bersama Bianconeri, antara tahun 1990 hingga 1995. Selama Ia bermain, Bianconeri berhasil meraih satu Scudetto, satu Piala Italia dan satu Piala UEFA.

Penyerang asal Coldogno ini memainkan peranan penting dalam kesuksesan Juventus di Eropa pada musim 1992/93. Ia membawa tim ini melewati kompetisi yang sulit dan hal tersebut tidak dapat diabaikan begitu saja, Baggio memperoleh dua penghargaan individual yang prestisius – Golden Ball dan FIFA World Player of The Year. Prestasi yang diraihnya ini menjadikan dirinya sebagai bagian dari bintang eksklusif Juventus, seperti Omar Sivori, Paolo Rossi, Michel Platini (yang memenangi gelar tersebut tiga kali berturut-turut), Zinedine Zidane, Pavel Nedved dan Fabio Cannavaro.

Ia juga memberikan kontribusi yang penting bagi tim nasional. Baggio gagal mengantarkan Italia untuk meraih Piala Dunia 1994, yang dilangsungkan di Amerika Serikat, namun magisnya tetap tidak dapat pudar dan terus dicintai oleh penggemar sepakbola Italia. Penyerang ini juga memegang rekor yang luar biasa : pemain Italia pertama yang mencetak gol di tiga Piala Dunia berbeda (Italia ’90, Amerika Serikat ’94, dan Perancis ’98).

Jumat, 17 Juni 2011

Pazienza Resmi ke Juventus

Setelah menjalani proses tes medis, Michele Pazienza resmi menjadi milik Juventus setelah menandatangani kontrak dengan durasi 3 tahun. Dia adalah seorang gelandang perusak, namun bukanlah perusak permainan. Pazienza adalah perpaduan sempurna antara kualitas dan kuantitas. Gaya permainannya memadukan kerjasama dengan lari tanpa henti, dengan penetrasi ke kotak penalti dengan waktu yang tepat serta memberikan umpan yang krusial.

Lahir pada 5 Agustus 1982 di San Savero sebuah daerah di Foggia. Ia memulai pendidikan sepakbolanya di ‘Gruppo Sportivo Apocalisse’ dan bergabung dengan Foggia pada usia 17 tahun, dan bersiap memulai karir profesionalnya. Dia menghabiskan 4 musim di Puglia, dan berkontribusi membawa Puglia promosi ke Serie C1. Kemudian dia pindah ke Udinese pada musim panas 2003 dan menjadi bagian kehebatan Udinese kala itu. Dia akhirnya pindah ke Fiorentina dan sukses menjadi pemain inti selama 2 musim. Di tengah musim akhirnya dia memilih untuk bergabung ke Napoli dan menjadi figur penting disebelah Marek Hamsik. Pazienza mencetak gol pertamanya pada 13 Desember 2008 saat membungkam Lecce. Dia kemudian mempersembahkan 3 gol untuk Napoli dan mengantarkan Napoli ke Liga Champions untuk musim depan.

Serial Perjalanan Bintang # 8 : Sergio Brio

Juventus.com kembali melanjutkan dalam menampilkan 50 legenda Bianconeri yang namanya akan berada di Stadion baru, dan telah dipilih oleh para fans. Kali ini adalah seri ke delapan, dan menjadi giliran dari pemain bertahan bertubuh 'raksasa', Sergio Brio.

Brio, bersama dengan Francesco Morino, adalah pemain yang berposisi sebagai ‘stopper’ dengan kemampuan untuk menjaga lawan. Ia selalu mengenakan seragam bernomor punggung ‘5’ (di era dimana nomor skuad belum diterapkan), bermain dengan lengan baju yang tergulung meskipun pada bulan Januari, menunjukkan semangat tinggi dan mencetak beberapa gol penting. Sergio Brio menjalani 12 musim di Turin (dari 1978-1990) dan bermain bersama – di beberapa waktu yang berbeda – dengan pemain-pemain seperti Gaetano Scirea, Claudio Gentile dan Antonio Cabrini, tanpa melupakan Dino Zoff dan Stefano Tacconi.

Pemain bertahan ini menggunakan semangat juangnya yang tinggi untuk mematikan langkah dari para penyerang lawan (‘pertempurannya’ dengan Roberto Pruzzo tidak akan dapat terlupakan), namun Ia juga memiliki kemampuan khusus di area penalti lawan : 24 gol dari 378 laga merupakan perolehan yang impresif bagi seorang pemain bertahan. Ia berkontribusi dalam era kesuksesan Bianconeri, dengan meraih beberapa trofi : empat Scudetto, tiga Piala Italia, satu Piala Champions, satu Piala Interkontinental, satu Piala Super Eropa, satu Piala Cup Winners’ dan satu Piala UEFA.

Prestasi Brio ini menjadikannya sebagai salah satu dari lima pemain (bersama-sama Scirea, Cabrini, Tacconi dan pemain Belanda Danny Blind) yang telah memenangkan seluruh ajang kompetisi sepakbola yang diakui oleh UEFA dan FIFA.

Ia pensiun dari sepakbola pada 1990, bersamaan dengan kesuksesan mantan rekannya Zoff yang memimpin Bianconeri mengangkat gelar ganda, Piala Italia dan Piala UEFA. Namun, Brio melanjutkan hubungannya dengan klub, saat menjadi asisten dari Trapattoni dan meraih kesuksesan di Piala UEFA tahun 1992.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More